Rabu, 05 September 2012

Artikel Lingkungan

            Pengaruh Iklim Terhadap Tanah & Pertanian
                            (Oleh : Poloria Sitorus)

 
Pendahuluan :
Terlebih dahulu, penulis ingin memaparkan dan menjelaskan beberapa pengertian yang perlu kita pahami secara mendasar karena akan sangat membantu proses pemahaman kita untuk selanjutnya mengkaji bagaimana sesungguhnya “Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman”. Cuaca adalah keadaan suhu rata-rata udara pada suatu daerah/wilayah yang relatif sempit dan dapat berubah-ubah dalam jangka waktu yang sangat singkat, antara 1 hingga 24 jam. Sedangkan defenisi Iklim adalah kondisi atau keadaan rata-rata cuaca dalam cakupan wilayah yang relatif luas dan perubahannya dalam jangka waktu yang lama, yaitu berkisar antara 11 tahun hingga 30 tahun.
Klimatologi dan Meteorologi sangat erat hubungannya, bahkan kadang-kadang dianggap sama, dimana Meteorologi atau Cuaca menekankan pada proses-proses fisika yang terjadi di atmosfer, seperti : hujan, radiasi matahari, suhu, kelembaban udara, tekanan udara, angin, dan keawanan, sedangkan sifat Iklim dinyatakan sebagai keadaan rata-rata Cuaca dalam jangka waktu yang lama.
Adanya perbedaan Iklim di suatu daerah yang satu dengan daerah yang lainnya itu disebabkan oleh adanya faktor-faktor pengendali Iklim, yang terdiri dari ; ketinggian tempat, garis lintang, perbedaan tekanan, arus-arus laut, dan topografi. Pengaruh antara faktor-faktor pengendali Iklim tersebut akan diperlihatkan oleh unsur-unsur Iklim dan sebaliknya unsur-unsur Iklim itu juga akan mempengaruhi faktor-faktor pengendali Iklim. Jika hubungan timbal balik ini masih berada pada batasan yang sesuai dengan masing-masing polanya, maka akan cenderung stabil. Namun ada kemungkinan terjadi penyimpangan-penyimpangan yang kerapkali menimbulkan masalah dan bencana, baik bagi tumbuhan, hewan dan manusia. Seperti halnya penyimpangan yang mengakibatkan terjadinya banjir oleh curah hujan yang terus-menerus, musim kemarau yang berkepanjangan dan perubahan suhu yang lebih panas.
Maka untuk itu, dalam artikel ini penulis mengajak kita semua untuk meyadari betapa pentingnya kita mempelajari dan memahami Ilmu Iklim dengan baik, karena sangat erat hubungannya dengan mahluk hidup dan proses kehidupan di muka bumi ini.
Pengaruh Iklim Terhadap Tanah
Kita ketahui bahwa tanah adalah unsur utama yang merupakan medium bagi tumbu-tumbuhan untuk dapat tumbuh dan berkembang dimana tumbuhan terssebut merupakan produsen yang dapat memproduksi makanannya sendiri dan menyediakan cadangan makan bagi mahluk hidup lainnya (manusia dan hewan). Maka sangat penting kita perhatikan bagaimana pengelolaan tanah pertanian untuk menghasilkan produktivitas tanaman yang baik, khususnya dalam bidang pertanian, karena tanah sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur Iklim, seperti ; curah hujan, suhu, kelembaban udara. Menurut penulis ada dua (2) tipe tanah berdasarkan faktor yang mempengaruhi pembentukannya, yaitu :
1)      Climate Soil type Þ pembentukan tanah yang disebabkan pengaruh curah hujan dan temperatur/suhu. Jika faktor curah hujan sedikit, maka pertumbuhan tanaman kurang baik karena mempengaruhi kurangnya pembentukan zat-zat organik dalam tanah. Jika curah hujan banyak, maka akan sangat baik untuk pertumbuhan tanaman karena hal ini mempegaruhi pembentukan unsur-unsur hara dalam tanah oleh mikroorganisme-mikroorganisme dan mempercepat proses pelapukan oleh decomposer (pengurai). Sedangkan jika hujan berlebihan, maka akan terbentuk humus yang berlebihan yang mengacu pada pembentukan gambut sehingga tidak baik untuk tumbuhnya tanaman.
2)      Aclimate Soil type Þ pembentukan tanah oleh faktor batuan. Ada dua kemungkinan dalam proses pembentukan humus dan unsur-unsur hara pada daerah dengan curah hujan yang tinggi. Jika humus dan unsur-unsur tidak dihanyutkan oleh air ke daerah yang lebih rendah, maka unsur-unsur hara tersebut akan meresap ke dalam tanah dan ditangkap oleh akar-akar tanaman. Akan tetapi jika bahan-bahan mineral yang lemas seperti N2 (nitrogen) terhanyutkan oleh derasnya aliran air permukaan yang selanjutnya diendapkan di dasar sungai atau hanyut ke laut akan menyebabkan tanah kekurangan unsur-unsur  hara esensial untuk pertumbuhan tanaman. Dari uraian di atas, disimpulkan bahwa faktor curah hujan bermanfaat bagi pembentukan tanah dan juga dapat merugikan jika berlebihan.

Pengaruh Iklim Terhadap Tanaman
Pertumbuhan tanaman juga sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim, dan perbedaan iklim serta faktor-faktor pembentuk iklim tersebut. Ada beberapa tanaman yang hanya bisa tumbuh di daerah tropis, atau hanya bisa tumbuh di daerah subtropis. Namun dengan adanya usaha pendekatan iklim, maka tanaman dari daerah subtropis dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (keadaannya memang masih terbatas).
Sebelum dilaksanakan pembangunan dan pengembangan pertanian, Indonesia mengalami berbagai kesulitan untuk memelihara tanaman-tanaman murni sehingga menyebabkan Indonesia dalam penyediaan pangan sangat tergantung kepada negara pertanian lainnya. Namun setelah adanya pembangunan pertanian serta pendekatannya terhadap unsur-unsur iklim yang mempengaruhinya, pola pertanian Indonesia semakin membaik. Sistem pertanian, seperti bercocok tanam, pengelolaan tanah, pembukaan tanah pertanian, pemilihan bibit unggul serta pemberantasan hama dan penyakit tanaman, sangat memperhatikan pengaruh iklim sudah sangat diperhatikan, sehingga hal ini meningkatkan produktivitas pertanian.
Tanaman di daerah tropis dikatakan cenderung kurang mengandung zat N2 (nitrogen), sehingga untuk kesehatan yang dinamis bagi masyarakat Indonesia dibutuhkan tanaman/tumbuhan dari daerah beriklim lain.
Beras, jagung, ubi kayu, ubi rambat, tebu, tumbuh dengan baik di daerah tropis dan kaya akan hidrat namun relatif miskin akan protein. Dalam hal ini iklim ternyata menguntungkan Indonesia yang beriklim tropis, karena justru adanya kekurangan protein dalam bahan pangan, air yang melimpah telah memadukan pola pertanian dengan pola perikanan darat, sehingga kekurangan protein dapat diimbangi.

Pengaruh Iklim Terhadap Hama dan Penyakit Tanaman
Pengelolaan pertanian pada masa lampau dalam sistem bercocok tanam yang masih sangat sederhana, penggunaan pupuk dan obat-obatan kurang diperhatikan, tidak mengenal adanya pemilihan bibit-bibit unggul serta sistem penanaman yang monokultur, penyakit/hama tanaman yang telah ada atau terbawa dari bibit yang tidak terselektif, atau timbul akibat pengaruh iklim, seperi angin, hujan, udara dan cuaca, seperti halnya keadaan panas dan lembab yang memungkinkan perkembangan hama/penyakit tanaman berkembang dengan sangat pesat dapat menimbulkan kerusakan hingga kegagalan panen, bahkan mematikan tanaman.
Maka untuk itu penulis sangat menekankan perlunya diadakan pendekatan-pendekatan terhadap iklim seperti telah dipaparkan pada bahasan diatas untuk mengurangi kemungkinan terburuk yang disebabkan oleh hama/penyakit tumbuhan tersebut.
Pengenalan Berbagai Lapisan Tanah dan Pengolahannya
Kita perlu membahas dan memahami kondisi tanah serta berbagai jenis tanah dan sistem pengolahannya. Menurut penulis, pengaruh iklim terhadap tanah yang mengakibatkan dampak negatif dan merusak, dapat diperkecil dengan melakukan konservasi tanah dengan pemberdayagunaan dan pemeliharaan tanah yang baik, agar kondisi tanah tetap terjaga walaupun terjadi perubahan-perubahan iklim. Untuk itu perlu diketahui terlebih dahulu tentang kondisi tanah yang akan didayagunakan, sebagai berikut :
1)      Tanah dinyatakan rusak, jika lapisan tanah atas (top soil dengan ketebalan ± 15 s/d 35 cm) telah terkikis oleh arus air hujan sehingga lapisan itu menipis atau bahkan telah hilang dan lapisan Sub-soil (lapisan dibawah top soil) masih merupakan lapisan yang tidak subur dan masih mentah, dimana mikroorganisme-mikroorganisme dari dalam tanahnya sudah hilang. Untuk kedua jenis tanah ini perlu dilakukan pengolahan tanah yang baik dan benar dengan melakukan usaha pendekatan dan penyesuaian iklim, agar kondisinya tetap bisa menjadi tanah yang produktif untuk lahan pertanian.
2)      Tanah dengan Land Slope (kemiringan) 5% s/d 10% hingga kemiringan 25% - 35%, memiliki kedangkalan tanah serta gejala erosi yang tinggi, dimana lapisan top-soilnya pernah terkikis atau hilang oleh erosi air ataupun angin. Maka untuk mempertahankan produktifitas tanah agar dapat dipertahankan dalam jangka waktu yang panjang, perlu dilakukan upaya perlindungan terhadap kelembaban tanah dan mengusahakan agar saat hujan turun tidak terjadi pengikisan yang begitu besar dengan berbagai upaya, seperti ; membenamkan sisa tanaman bekas panen (yang mengandung pupuk hijau) ke dalam tanah, melakukan sistem penanaman dengan cara menyilang searah kemiringan lahan, membuat larikan-larikan dimana tanaman akan ditanam, pembuatan parit-parit yang teratur sebagai penghambat arus air jika terjadi hujan deras. Sedangkan tanah dengan kemiringan lebih dari 40%, sebaiknya dipelihara menjadi lahan hutan, ditanami dengan pepohonan keras dan tanaman semak belukar untuk menjaga kesuburan tanahnya.
Mempertahankan Kandungan Bahan Organik dalam Tanah
Tanah yang dimamfaatkan secara terus-menerus untuk lahan pertanian serta pengaruh Iklim dapat mempercepat kemerosotan kandungan bahan organik dari dalam tanah, maka perlu diadakan usaha pengolahan lahan agar tetap menjaga keseimbangan bahan organik di dalam tanah tersebut. Saat memanen sejumlah tanaman, maka saat itu pula terjadi pengangkutan bahan organik dari dalam tanah dengan jumlah yang sangat besar, maka sebaiknya sisa-sisa hasil panen, seperti jerami dari tanaman padi dan sisa-sisa kotoran dari sayur-sayuran dan buah-buahan setelah dikonsumsi dikembalikan lagi pada tanah, karena itu akan sangat membantu proses pengembalian unsur-unsur hara dan mineral (seperti fosfor, nitrogen, dll) kedalam tanah, yang selanjutnya akan dikonsumsi tanaman dalam proses perkembangan dan pertumbuhannya.
Selain usaha pengembalian sisa-sisa hasil panen ke dalam tanah, dapat juga dilakukan usaha-usaha lain seperti; penambahan pupuk kandang secara berkala, dan menyelenggarakan sistem bercocok tanam secara berotasi.

Unsur-Unsur Iklim Dalam Pembukaan Lahan Pertanian
Sebelum melakukan pembukaan lahan pertanian yang baru, perlu dilakukan beberapa penelitian untuk memungkinkan keberhasilan produktifitas tanah yang akan didayagunakan sebagai lahan pertanian, sebab lahan pertanian yang baru dibuka (lahan perawan) masih sangat sensitif terhadap unsur-unsur iklim serta perubahan-perubahan iklim, seperti erosi oleh air dan angin yang dapat menghabiskan unsur-unsur mikroorganisme dalam tanah.
v  Penelitian Klimatologi
Menurut penulis, beberapa penelitian yang sangat perlu dilakukan dalam hal pembukaan lahan pertanian adalah penelitian klimatologi. Kawasan hutan misalnya, yang direncanakan akan dibuka menjadi lahan pertanian, perlu diteliti terlebih dahulu unsur iklim yang berpengaruh di daerah tersebut, seperti ; curah hujan, kecepatan angin, arah tiupan angin, radiasi matahari terhadap kemiringan lahan, yang pada umumnya akan sangat mempengaruhi kondisi kelembaban dan kesuburan tanah, pertumbuhan tanaman serta perkembangan hama/penyakit tanaman. Maka dengan adanya penelitian ini akan lebih mudah melakukan tehnik pengolahan lahan yang baik serta tehnik penanam yang benar sesuai dengan keadaan iklim yang berlaku di daerah tersebut.
v  Penelitian Hidrologi
Penelitian selanjutnya yang perlu dilakukan adalah penelitian hidrologi, yang mengkaji tentang ketersediaan air tanah, drainase serta penyediaan saluran pengairan, sebab sistem pengairan sangat berperan penting dalam pelaksanaan usaha tani karena air adalah unsur terpenting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dibudidayakan.
Ketersediaan air dalam tanah oleh adanya penyerapan air secara aktif (perkolasi) saat hujan turun, hanya dimungkinkan jika air di permukaan dapat ditahan oleh akar-akar tanaman, oleh karena itu sangat perlu diperhatikan keberadaan tanaman pepohonan yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan drainase dan ketersediaan air dalam tanah.
Usaha selanjutnya yang perlu dilakukan untuk menjaga sistem pengairan yang baik, di daerah yang lebih tinggi dari lahan pertanian tersebut dapat dibangun suatu terminal pengairan (induk pengairan) bagi lahan-lahan pertanian di daerah sekitarnya. Terminal/Induk pengairan dihubungkan langsung dengan saluran-saluran pembagi ke saluran pengairan yang menuju ke lahan pertanian.
Pada pokok pembahasan yang terakhir, penulis mengutarakan betapa pentingnya diberikan bimbingan dan penyuluhan kepada para petani yang akan mengelola lahan pertanian yang baru dibuka, agar dapat mengelola lahan pertanian dengan pendekatan-pendekatan iklim seperti telah dipaparkan di atas untuk peningkatan produktifitas lahan dan tanaman yang dibudidayakan pada lahan pertanian yang baru dibuka.


Harian ANALISA, 01 Juli 2012

*Penulis adalah mahasiswi Jurusan Pendidikan Geografi - Fakultas Ilmu Sosial - UNIMED.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar