Minggu, 20 Mei 2012

Jangan Larang Aku Menulis


(Oleh : Poloria Sitorus)

            “Tidurlah, sudah terlalu larut!” kata suaminya.
Jarum jam sudah tiba pada angka 00.11Wib. Perempuan itu masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya. Sedangkan si suami masih di ruang depan, menonton TV, tayangan film Barat favoritnya.
            Malam ini, perempuan itu memang tampak seksi, dengan baju tidur berwarna merah muda dan tipis (agak transparan). Di dalam kamar, si istri lalu mengambil sebuah buku dan  memilih satu judul esay yang ‘sangat ingin’ dibacanya.
            Tak lama si suami datang lagi, mengetuk lalu membuka pintu meski  tanpa persetuajuan si istri. Dia menawarkan sebuah senyum “penuh arti” pada istrinya.
            “Sayangku…tidurlah! Sudah terlalu larut!” ucapnya lalu menutup pintu lagi.
            “Ya ..” si istri menjawab lembut, tak ingin berdebat lama. Si istri mengambil sebuah pena dan buku tulis. Lalu dia menulis. “Jangan Larang Aku Menulis.” Itu saja yang dia tulisi. Dan dia terus menulis, hingga kamar itu dipenuhi huruf-huruf ; (A-N-J-G-L-U-K-E-M-N-I-S-R). Huruf-huruf itu tumpah di lantai kamar, mengalir ke bawah kasur, ke bawah meja belajar, ke bawah kursi, dan ke bawah rak-rak buku, juga  ke balik lemari. Mencapai langit-langit kamar. Mendobrak ke luar dari celah-celah pintu.
            “Dreekk…dreekkk…dreeekkk…”
            “Apa itu?” Tanya si suami dalam hati.
            Belum sempat berpikir lebih jauh, timbunan huruf-huruf itu meluap tumpah memburu si suami.


(@hak cipta karya)
Oleh : Poloria Sitorus
KSI-Medan, Minggu 20 Mei 2012/00.11Wib/





3 komentar:

  1. nice !!!
    seandainya.. goresan itu dapat dilantunkan, barangkali ia akan lebih memahami jiwa kita, lebih dari yang kita harapkan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hemmm...trims atas apresiasinya @Tuntun Siallagan (^_^)

      Hapus
  2. "Hm..m", Tulisan yang singkat tapi penuh makna.

    BalasHapus