Getaran Pena Venny Mandasari
(Poloria Sitorus)
“Oh Tuhan, Hilangkanlah Penyakit Dystonia-ku…”
Begitulah kisah Venny Mandasari yang saya baca pada Rubrik Kisah Nyata “Oh My God” Majalah Say yang dikisahkan oleh Titien Say.
Venny bergabung dengan KSI-Medan sejak beberapa tahun lalu, sekitar awal Mei 2010. Itulah awal pertama Venny datang dalam diskusi rutin KSI-Medan, di bawah rindang pohon asam, Taman Budaya Sumatera Utara. KSI-Medan adalah sebuah komunitas sastra yang melakukan diskusi rutin seputar sastra, seni dan budaya setiap Sabtu sore pkl.15.00Wib s/d pkl.18.00Wib yang dipimpin oleh seorang sastrawan dan seniman kota Medan; Idris Pasaribu.
Pertama sekali bertemu Venny, jujur saya dan teman-teman anggota KSI-Medan lainnya sedikit merasa tidak biasa. Merasa aneh dan heran, “Mengapa Mbak Venny…tubuhnya bergetar terus..?” tanya itu dalam hati kami masing-masing, termasuk saya. Tapi saya sendiri, bersih dari jiwa, tersenyum memandangnya. Saya merasa terharu melihat keadaan fisiknya yang seperti itu. Sangat terharu sampai tersembunyikan tangis dalam hati. Namun di sisi lain, jauh terselubung di kedalaman qalbu, saya sungguh mengaguminya. Sungguh-sungguh kagum padanya. Sebab dengan segala keterbatasan fisiknya yang demikian, Venny sanggup menjadi seorang penulis yang karya-karyanya sudah banyak berkiprah meramaikan khasanah sastra, baik di Koran Lokal maupun Nasional, dan banyak juga karya-karyanya yang sudah berhasil menembus Majalah-Majalah Nasional seperti Majalah STORY, Majalah GADIS, Majalah SAY, dan lain-lain.
Saya benar-benar bangga padanya. Mbak Venny memang punya potensi di atas rata-rata, namun kerja keras, keuletan, dan kegigihannya itulah yang malah berkobar menjadi bara inspirasi dan motivasi bagi banyak orang di sekelilingnya, termasuk saya dan teman-teman KSI-Medan, begitupun beberapa penulis dari Jakarta yang pernah singgah di bawah pohon asam, rumah diskusi KSI-Medan, seperti halnya Kirana Kejora, Saut Poltak Tambunan, Jodhi Yudoyono, dan yang lainnya.
Seketika itu otot syukurku menyebut nama-NYA—DIA Maha Agung, Pemilik segala rahasia hidup ini. Sembari rasa syukur bergema di jiwa, saya terus memandangi wajah Venny dengan senyuman. Tulus dari dasar hati, saya sungguh mengaguminya, entah dia tahu atau tidak.
**
Ketika saya menemui Venny di kediaman orangtuanya, Minggu 19 Februari 2012 lalu, di kawasan AR Hakim Gang Seto Lorong Sipirok No.2 – Medan, Venny dengan keadaan fisiknya yang ‘seperti biasa’ selalu bergetar, menyambut penuh kehangatan. Ramah dan dengan sangat terbuka. Sekilas kami ngobrol ringan. Lalu kami melanjutkan perbincangan tentang sesuatu yang menyatukan pena dan kertas—yaitu kata, bahasa dalam tulisan.
“Mengapa Mbak Venny memilih menjadi seorang penulis?” saya memulai dengan satu pertanyaan. “Saya memilih menjadi seorang penulis, karena menjadi penulis tidak harus seorang sarjana, dan dengan menulis juga saya percaya bisa sukses. Dengan menulis, saya bisa mencurahkan segala rasa untuk didengar seluruh dunia tanpa saya harus menjerit. Beban bhatin pun lepas…tidak harus dipendam!” begitu papar Venny dengan mata berbinar seolah mampu menerobos lapisan awan yang menggantung di langit senja kala itu.
**
Mengingat masalah akademis, barangkali Venny masih sedikit terluka atas sikap universitas yang tak satu pun mau menerimanya, bahkan universitas terbuka sekalipun. Pihak universitas tidak percaya bahwa Venny Mandasari, gadis yang menderita penyakit Dystonia ini memiliki semangat luar biasa. Impian dan cita-cita menjadi salah seorang mahasiswi fakultas kedokteran pun dikubur dalam-dalam oleh Venny Mandasari. Kisah perjalanan panjang dan perjuangan Venny dalam hal ini pernah diangkat dalam film “Meraih Mimpi” yang diproduksi oleh TAN bekerja sama dengan KSI-Medan (2011).
Selama diskusi ringan dengan Venny Mandasari di kediaman orangtuanya, saya sempat mencatat beberapa karya-nya yang telah dipublish di media-media lokal dan media nasional. Adapun karya-karya yang ditulisnya antara lain, sebagai berikut :
Karya yang sudah dimuat :
v Cerpen Dewasa :
1. Kesendirian Pak Tua (Analisa; 11/07/10)
2. Topeng (Analisa ; …)
3. Seorang Pembunuh (MedanBisnis; 06/03/11)
4. Lumpur Dalam Mutiara (Jurnal Medan; 08/01/12)
v Cerpen Remaja :
1. Setulus Cinta Rio (Waspada 10 Agustus 2008 : Venny Melinda)
2. Kado Valentine dari Mas Feri (Waspada 24/08/08)
3. Cowok Idaman (Waspada 21/09/08)
4. Cinta Amanda (Waspada; 20/10/08)
5. Best Friend (Waspada; 09/11/08)
6. Sepucuk Surat Untuk Ibu (Waspada; 30/11/08)
7. Cewek Super Jaim (Waspada; 04/12/08)
8. Kado Ulang Tahun dari Farah (Waspada; 25/01/09)
9. Nyanyian Untuk Ibu (Waspada; 01/02/09)
10. Butterfly (Waspada; 19/01/09—dikirim)
11. Liontin (TRP-Analisa; 12/02/12)
12. Cowok Romantis
v Cerpen Anak :
1. Salah Sangka (Analisa; 10/10/10)
2. Saat Terakhir Kakek (Analisa 04/07/10)
3. Saqilla Penulis Cilik (Analisa 12/02/12)
v Cerpen di Majalah :
1. Say : Nguber Cinta (Edisi Juli 2010)
2. GADIS : Restart Hati (Edisi 28, Oktober 2011)
3. Cewek Manivora (Keren Beken; Edisi XI Mei 2011)
4. Akhir Separuh Hatiku (Youngs Magazine; Edisi 18/Agustus 2010)
5. Story; Cowok Keling (Edisi 18; 25 January 2010)
(dan masih banyak lagi karya-nya yang belum terdata ke-semuanya)
Melihat hal ini, bisa dikatakan Venny Mandasari sangat produktif dalam hal menulis, meskipun dalam keterbatasan fisik yang demikian. Venny Mandasari telah mampu menunjukkan semangatnya yang terus membara di tungku hatinya untuk terus berkarya.
Baru-baru ini tulisan Venny Mandasary juga telah termaktud dalam sebuah buku berjudul : A Cup Of Tea – Menggapai Mimpi yang diterbitkan oleh Stiletto Book.
Judul: A Cup Of Tea - Menggapai Mimpi
Penulis: Herlina P. Dewi, Reni Erina, dll
Harga: Rp. 40.000;





“Garis Yang Terputus” begitulah judul tulisan Venny Mandasari yang termaktub dalam Buku ‘A Cup Of Tea’. Dalam buku ini, Venny mengisahkan perjuangannya menempuh pendidikannya mulai dari SD, SMP, hingga penamatan SMA. Dan kisah yang paling pahit dan getir ketika dia mendaftarkan dirinya di salah satu Universitas Terbuka di kota ini. Siapa pun yang membacanya, pasti akan terharu dan menteskan bening di matanya. Perjuangan yang sungguh panjang, namun Venny tidak pernah mengenal kata ‘lelah dan menyerah’. Semangatnya terus menyala-nyala bahkan membara. Venny bahkan akan terus berjuang mengepakkan sayap-sayap impiannya dengan mata penanya, dari kertas yang satu ke kertas yang lain. Terus menorehkan goresan penanya di setiap lembaran kehidupan yang dilaluinya.
Salam Penulis
_Poloria Sitorus_
(Sahabat Venny di KSI-Medan)
MedanBISNIS, Minggu 11 Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar