Senin, 28 November 2011

Tentang Kemampuan Menulis

Tentang Kemampuan Menulis

oleh Sang Rembulan pada 16 September 2011 jam 2:50
A.Kemampuan Menulis Sebagai Kemampuan Komunikasi

            Kemampuan komunikasi (communicative competence), pada hakikatnya dimiliki oleh setiap orang yang didapatkan melalui transmisi daerah yaitu melalui suatu proses belajar dan bukan suatu warisan (Moulton dalam Hill, 1973). Kemampuan komunikasi dapat dijabarkan berdasarkan kemampuan berbahasa, seperti ;
# Kemampuan menyimak/mendengar
# Kemampuan berbicara
# Kemampuan membaca
# Kemampuan menulis
Keempat kemampuan itu merupakan satu kesatuan utk mendukung kemampuan komunikasi yg baik. Sejatinya proses ini merupakan kronologis, sejak kecil kita belajar menyimak, lalu belajar berbicara, kemudian belajar membaca dan selanjutnya kita mulai menulis. Hal ini menunjukkan tingkat kesukaran berbagai proses tsb. Namun masing-masing proses tsb saling berhubungan.

Judul Buku : Meningkatkan Kemampuan Menulis
Karya : Kaswan Darnadi
Penerbit : ANDI Yogyakarta

Note : Catatan Ringkas dari salah satu bacaan favorit/Pusda//
beberapa hari yg lalu.

ttd : Ria Sitorus
KSI-Medan

Agama, Kepercayaan & Keyakinan


Agama, Kepercayaan & Keyakinan
Oleh : Poloria Sitorus
            Semua masyarakat mempunyai nilai sistem kepercayaan, pemahaman, harapan dalam mempersatukan anggota mereka dari kelompok budaya yang berbeda-beda. Nilai yang dimaksud ialah suatu agama yang melibatkan iman atau keyakinan seseorang terhadap Illahi (Allah) yang suci. Agama mempengaruhi semua segi suatu budaya. Kepercayaan adalah suatu unsur subsistem yang ideologis, yang menyangkut subsistem dalam kemasyarakatan. Selain itu ada juga sistem yang tidak beragama tetapi lebih menekankan kepada sistem kepercayaan tradisional yang dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai tradisional.
            Menurut mereka agama adalah tentang hubungan individu pada dunia dengan alam baka, yang selanjutnya masing-masing membawa suatu konsepsi yang berbeda menyangkut nilai, arti atau makna dari hidup itu sendiri, yang berisikan tentang apa yang harus dilakukan dalam hidup ini untuk pencapaian keselamatan jiwa atau rohaniah. Kepercayaan ini terjalin dengan tradisi suatu budaya.
            Di banyak negara-negara ada yang menganut agama dalam sistem politis, sebagai contoh agama Budha, negara-negara yang menganut agama Budha adalah Myanmar, Laos, Thailand, selain itu negara Pakistan dan Iran menganut agama Islam. Disamping itu negara Indonesia juga mayoritas menganut agama Islam, selain itu juga memiliki lima agama yang diakui dan sistem kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam ideology pancasila (dalam hal ini; sebelum diakuinya agama Khong Hu Chu).
v  Klassifikasi dan Distribusi Agama
Agama merupakan bagian dari perubahan kebudayaan-kebudayaan tersebut melalui proses-proses dan keunikan tersendiri. Terbentuknya hubungan dan asal mula antara keyakinan dan agama seperti agama Kristen dan agama Islam dimana dapat dikemukakannya keturunan dari golongan agama Yahudi dan bukan seperti yang kita ketahui digolongkan berdasarkan keyakinan seperti mereka didalam mempelajari bahasa.

Ada perbedaan kepercayaan monotheisme dan polytheisme. Monotheisme mempercai dan meyakini adanya satu Tuhan dan kepercayaan polytheisme mempercayai adanya banyak Tuhan. Ahli bumi mengkategorikan bahwa agama sebagai universal, ethnic atau adat istiadat (tradisional).
Agama Kristen, Islam, dan Budha merupakan agama mayoritas yang ada di dunia dimana tuntutan kepercayaan dapat dipakai semua umat manusia dan mencoba untuk membawa kepercayaan tersebut ke semua negeri walaupun itu merupakan tugas dari mualim dan perubahan itu sendiri.
Keyakinan tiap ethnic sangat terikat kuat oleh identifikasi golongan kebudayaan, itu biasanya menjadi bagian anggota dari keyakinan yang lahir di tiap ethnic. Keyakinan tersebut tidak biasanya memeluk agama baru dan mereka terbentuk dari anggota komunitas yang khusus terdekat berdasarkan fakta, keterangan golongan ethnik dan keyakinan setiap ethnic, sebagai contoh : agama Yahudi, agama Hindu, agama Shinto – Jepang, merupakan suatu dasar yang utuh dalamn seluk beluk kebudayaannya.
Mengenai suku (tradisi), keyakinan itu terbentuk dari ethnis yang dibedakan dengan bentuk ukuran yang sekecilnya. Mereka identik unik, dimana golongan kebudayaan yang terbatas yang tidak sepenuhnya terpikat ke dalam masyarakat modern.
v  Prinsip Agama
Setiap kepercayaan-kepercayaan atau agama besar mempunyai perbauran kebudayaan dan penyampaian yang berbeda. Setiap agama mengalami perubahan berupa inovasi dan difusi. Setiap perbedaan tempat memiliki perbedaan kepercayaan dan di setiap daerah yang berdekatan sering mengalami terjadinya percampuran kepercayaan masing-masing.
v  Judaism (Agama Jehuda)
Agama Jehuda adalah kepercayaan terhadap Allah yang tunggal, sama seperti Kristen dan Islam. Tidak seperti agama lain, agama Jehuda lebih dikenal sebagai kelompok etnis kepercayaan yang mempunyai hukum-hukum agama yang keras. Agama Jehuda yang lebih dikenal dengan atheis kepercayaan merupakan pembauran antara kepercayaan Israel kuno dengan keyakinan/kepecayaan Jahudi. Kemengan perang memberikan kesempatan bagi orang Jahudi untuk menyebarluaskan kepercayaan mereka tersebut. Antara abad ke-13 hingga abad ke-14 banyak pengikut agama Jehuda di Polandia dan Rusia. Orang Jahudi merupakan element penting dari para imigran Inggris dan penduduk-penduduk barat.
v  Cristiany (Kristen)
Agama Kristen mempunyai azas dari ajaran Yesus, yang mengikrarkan hadirnya perjanjian baru dimana para pengikut-NYA percaya akan kehadiran/kedatangan Mesias yang dijanjikan oleh Allah. Perjanjian baru ini mengubah pandangan penganut agama Jehuda dan janji keselamatan bagi kehidupan umat manusia yang tidak hanya bagi orang-orang terpilih.
Misi orang Kristen adalah mengabarkan/menginjilkan akan kehadiran Yesus dan menjanjikan keselamatan dan harapan. Agama ini dengan cepat menyebar pada penduduk-penduduk kelas bawah di sebelah barat dan timur kerajaan Roma dan menuju kota utama Roma. Pada tahun 313 SM, Kaisar Roma “Constantine” menyatakan bahwa Kristen sebagai agama kerajaan, kemudian agama ini menyebar ke seluruh Eropa.
Selanjutnya repormasi protestan terjadi pada abad ke-15 dan abad ke-16 dimana gereja-gereja bergerak ke barat meninggalkan kekuasaan Khatolik Roma di Eropa Selatan, sedangkan di sebelah Utara dan Barat Eropa mulai mendominasi kehidupan gereja. Perpecahan ini menimbulkan persebaran agama Kristen Khatolik ke arah Spayol dan Portugal yang berkoloni di Amerika Latin dan membawa serta bahasa mereka dan menyebarkan Khatolik Roma disana. Mereka juga menyebarkan Khatolik Roma ke Philipina, India dan Afrika, sedangkan Protestan menyebarkan agamanya bergerak ke Amerika Tengah, Australia, New Zeland dan Afrika Selatan.
v  Islam
Agama Islam juga mempunyai kesamaan dengan agama Jehuda, dimana agama ini mempercayai Allah yang tunggal (kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa). Seperti agama lain Islam mempercayai bahwa Adam adalah manusia pertama, Abraham adalah salah satu keturunannya dan Mohhammad dipercayai sebagai Nabi (Utusan Allah) yang menjalani dan melengkapi pekerjaan para Nabi sebelumnya, termasuk Nabi Musa, Nabi Daud dan nabi-nabi lainnya. Qur’an yang merupakan kalimat-kalimat Allah diberikan kepada Mohhammad yang tidak hanya mengandung aturan-aturan sholat dan agama, tetapi juga instruksi terhadap hubungan sesama manusia.

v  Hindu
Hindu adalah agama yang tertua di dunia. Hindu merupakan ethnic agama, sebuah jaringan keagamaan filosofi, sosial ekonomi dan terdiri dari perkumpulan-perkumpulan seni yang bersifat budaya rakyat India. Diperkirakan 1 milliar pengikutnya terutama di Asia dan yang terbesar di India. Sekitar 80 % penduduk India beragama Hindu. Daerah asalnya berada di lembah sungai Indus, hingga tersebar sampai ke arah timur sungai Gangga dan ke arah Selatan, berbatasan dengan wilayah yang bercampur dengan agama lain. Agama Hindu juga masuk ke wilayah Thailand, Laos, Vietnam, Myanmar, Sri Langka, serta Kamboja  hingga ke Indonesia yaitu di Bali.
            Agama Hindu kaya dengan ritual dan upacara festival. Proses ritual bersamaan dengan perayaan sastra. Hasil karya agama Hindu yaitu candi-candi yang ditemukan dari bekas peninggalan sejarah yang menggambarkan kedamaian dan keabadian Tuhan. Candi-candi tersebut merupakan tempat-tempat yang suci karena digunakan sebagai tempat untuk sembahyang.
v  Budha
            Budha merupakan agama yang mengajarkan Pilosofi moral yang menawarkan sebuah penjelasan pada setan dan kesengsaraan manusia dan berpandangan ke jalan yang terang dan terbatas dari kebohongan pada pengertian empat (4) kebenaran kebangsawanan yang berisikan eksistensi yang melibatkan penderitaan. Penderitaan yang melahirkan hasrat penderitaan. Ketika itu ingin dihilangkan, maka melalui pendidikan pada perbaikan kepercayaan dan pembenaran berpikir. Budha memerintahkan pengikutnya untuk membawa pesan sebagai missioner pada sebuah doktrin untuk membuka semua kesucian, dimana pesan ini bertujuan untuk pencerahan kepada umat manusia.
            Budha masuk ke Asia pada abad ke-3 yang dibawa oleh pendeta-pendeta dan saudagar. Ada tiga (3) jenis bagunan dan monument agama Budha, yaitu : *Stupa yang merupakan sebuah tempat penyembahan, **Kuil/Pagoda adalah sebuah tempat penyimpanan patung, dan ***Tugu yaitu beberapa bangunan yang terdiri dari beberapa tugu dan berukuran kota kecil.


v  Etnis (Suku Bangsa)
            Membahas tentang keanekaragaman budaya tidak lepas dari kata suka bangsa, yang berasal dari kata “ethos” yang artinya “orang-orang” atau “bangsa”. Istilah ini umumya digunakan mengacu pada jalur keluarga orang-orang tertentu yang mempunyai suatu karakteristik. Tidak ada ciri tunggal yang menandakan satu suku bangsa tertentu. Pengenalan masyarakat akan suku, mungkin didasarkan pada bahasa, agama, asal nasional dan kebiasaan-kebiasaan yang khas.
            Secara normal, acuan ke masyarakat ke-suku-an adalah pengenalan status minoritas mereka dalam suatu daerah atau negara yang dikuasai suatu kelompok kultur mayoritas. Kita tidak mengidentifikasi orang Korea tinggal di negara Korea sebagai suatu kelompok ke-suku-an karena mereka memiliki kultur yang dominan di dalam daratan mereka sendiri. Orang Korea yang tinggal di Jepang, bagaimanapun itu membuat suatu kelompok dipencilkan di dalam negeri asing itu.
            Oleh sebab itu, maka suku bangsa adalah suatu bukti areal keanekaragaman budaya dan suatu peringatan bahwa daerah kultur jarang homogen di dalam karakteristik oleh semua penghuni.
            Kesimpulannya :
Bahwa dari hasil pembahasan di atas, maka dapat kita mengerti bahwa agama itu merupakan suatu unsur yang sangat berpengaruh terhadap perubahan suatu pola kebudayaan dalam masyarakat tertentu karena agama itu sendiri membawa ajaran-ajaran bersifat mengajak suatu perubahan terhadap pola pikir umat manusia dalam kehidupannya. Tentunya ajaran yang dimaksud di sini, adalah; ajaran-ajaran yang baik atau yang bersifat positif untuk memberikan penerangan terhadap umat manusia dalam memahami hubungannya dengan Sang Pencipta (Tuhan Yang Maha Esa), dengan hubungannya dengan manusia lain dan hubungannya dengan alam sebagai lingkungan hidupnya.

(dengan membaca berbagai sumber)
Penulis adalah :
Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan
Medan state, on Tuesday-February 23th 2010 (02.17am)

Minggu, 13 November 2011

Artikel 1// “AKU JUGA BISA”


Artikel 1


“AKU JUGA BISA”
Jika Anda berpikir Anda Bisa atau Tidak Bisa
Keduanya benar..!
(Henry Ford)
Disadur dari Buku “Great Spirit Succes”
by Baban Sarbana

Sejak kecil saya selalu dikendalikan oleh sesuatu yang seharusnya saya capai. Saya lahir dari keluarga dengan kondisi ekonomi bersahaja/sederhana yang menyebabkan tidak dapat menjadikan materi sebagai ukuran kebahagiaan. Oleh karena itu sejak kecil, saya berusaha untuk mencari kebahagiaan tersebut dengan menjadi anak yang selalu bertaburan (bermain tanah sambil kabur-kaburan), saya adalah anak yang “luar rumahan”
Dengan spesialisasi permainan luar rumah, maka jadilah saya sampai kelas 3 itu memiliki raport dengan dominasi warna merah, alias jeblog yang membuat saya naik ke kelas 4 sebagai murid percobaan. Saya ingat betul betapa marahnya ayah saya dan mengatakan kalau saya terlalu banyak main daripada belajar. Memang waktu kecil mandi di sungai, main galasin, judi kecil-kecilan hingga mencari kotak sabun untuk dijadikan mobil-mobilan lebih mewarnai kehidupan saya, daripada mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR). Tanto, kakak saya yang tercinta itu-pun ikut-ikutan membantu saya untuk belajar. Dari situlah mulai timbul semangat untuk belajar. Mulailah saya melahap pelajaran, dan sebagai hasilnya, ternyata pada saat saya naik ke kelas 5, eh…ternyata saya bisa menjadi juara kelas. Dan menjadi juara kelas itu ternyata menyenangkan, banyak orang kenal dan memuji.
Maka sejak saat itu, saya selalu ingin memiliki perasaan menyenangkan seperti itu,  dan syarat  yang harus saya tempuh adalah dengan menjadi Juara Kelas. Kondisi ini pula yang akhirnya mendorong saya untuk memiliki mental “Aku BISA” . Keyakinan ini bukan perkataan yang harus saya sampaikan kepada orang lain, melainkan sebuah keyakinan yang harus saya buktikan. Kunci dari “aku bisa” adalah perubahan cara pAndang, konsentrasi, semangat dan usaha.
Banyak episode dalam hidup saya yang mengubah cara pAndang, salah satunya adalah ternyata sepanjang ayah saya hidup hingga akhir hayatnya, tidak satupun permintaan yang saya sampaikan kepada ayah saya (berhubungan dengan materi) dipenuhi begitu saja. Hal ini menyebabkan saya pada akhirnya tidak menggantungkan kepada orang lain untuk sesuatu yang harus saya dapatkan. Semuanya harus saya usahakan sendiri. Termasuk kendaraan motor yang sewaktu SMA saya beli dengan hasil keringat saya sendiri. Semuanya bermuara dari diri kita sendiri.
Kondisi sudut pAndang yang berubah, atau tepatnya bergeser ini, membuat saya bisa berkonsentrasi terhadap apa yang akan saya capai. Dan terbukti setiap apapun yang saya tuju, selama konsentrasi kita curahkan dengan amat sangat, biasanya hasilpun tidak mengecewakan.
Saya percaya bahwa Tuhan akan memberikan hasil yang sesuai dengan proses yang kita lakukan. Kalaupun hasilnya tidak sesuai dengan harapan, selama kita sudah mengerahkan kemampuan, maka itu  harga mahal untuk sebuah proses pencapaian. Oleh karena itu, usaha yang terus menerus dan tidak pernah kenal menyerah sangat diperlukan.
Saya ingat bahwa untuk sekedar ingin memiliki celana jeans atau baju T-Shirt sulitnya minta ampun jika ingin meminta ke orang tua. Apalagi minta motor untuk  ke sekolah. Wah, jauh panggang daripada api. Meminjam motor mas Tanto-pun (yang sebenarnya dia beli sendiri), saya pun tidak berani. Karena saya pernah dimarahinya besar-besaran, hanya karena ketika saya pakai motor yang memang tak baru itu mogok dan saya dorong pulang.
Saya pikir, jika saya tanggapi secara negatif, maka akan terjadi keributan, oleh karena itu, saya jadikan saja momentum itu untuk menumbuhkan semangat pada diri untuk bisa memiliki motor sendiri, sehingga tidak akan terganggu oleh orang lain.
Dan ternyata pada saat saya kelas 2 SMA, akhirnya saya bisa memiliki motor sendiri, saya puas dengan diri saya, karena itu dihasilkan tanpa meminta pada orang tua, melainkan dari hasil keringat sendiri. Jadi semangat dan usaha ini  mebuat saya sudah berkeringat sejak SMA.
Konsentrasi sangat dibutuhkan untuk bertahan dengan tujuan yang ingin kita wujudkan. Ketika kita konsentrasi kepada sebuah tujuan, maka segala hal di sekeliling kita bisa dimanfaatkan untuk pencapaian tujuan tersebut.
Saya termasuk orang yang gigih dalam mewujudkan tujuan, tentu saja  dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa saya memang bisa mencapainya. Tidak hanya dengan modal keyakinan saja, akan tetapi perangkat-perangkat untuk mencapai tujuan itu pun harus saya persiapkan.
Pada masa SMA pula saya merasakan buah dari kerja keras saya dalam belajar, yaitu menjadi Pelajar Teladan se-Propinsi Sumatera Selatan. Bagi saya, itu sebuah pencapaian yang luar biasa, tetapi juga menunjukkan bahwa dengan usaha dan kerja keras, kita bisa mewujudkan apapun yang ingin kita capai. Bayangkan si kolektor angka merah di SD bisa menjadi wakil Sumatera Selatan ke Pemilihan Pelajar Teladan Nasional tahun 1980 di Jakarta.
Dalam konteks program TV pun, kadang-kadang kita berbenturan dengan kepentingan pihak stasiun. Tentu saja keyakinan kita terhadap bagusnya program tidak cukup untuk membuat program itu lantas ditayangkan. Ada pertimbangan dari pihak stasiun TV yang memberikan penilaian.
Keyakinan bahwa perogram itu bagus, membuat saya harus pAndai-pAndai dalam menjual program-program tersebut kepada pihak-pihak yang memang sepakat, bahwa program tersebut bagus dan berhak untuk ditampilkan. Kalau saya berhenti karena sebuah penilaian, tentu program-program TV yang saya tawarkan tidak pernah hadir di hadapan pemirsa. Ditolak oleh stasiun A, bukan berarti akan ditolak oleh stasiun B. DipAndang sebelah mata oleh C, malah dipuji-puji oleh D.Itulah sejarah dibalik program  Siapa Berani yang sempat ditolak-tolak di beberapa stasiun, eh malah disambut hangat oleh Indosiar. Saya juga punya program TV yang saya rancang 3 tahun lalu dan tidak laku-laku, eh malah saat saya tawarkan 3 tahun berikutnya malah menjadi rebutan dua stasiun televisi. Programnya adalah kuis infotainment tentang Gosip atau Fakta Selebriti.

Oleh karena itu, kekuatan spirit bahwa “Aku Bisa” memang menjadi pemicu bagi saya untuk selalu berusaha semaksimal mungkin mewujudkan apa yang saya inginkan.
Spirit bahwa “Aku Bisa” membawa saya kepada sebuah pencapaian itu, apakah sukses atau gagal, bagi saya adalah umpan balik dari proses yang saya lakukan. Keberhasilan berarti karya saya dihargai, kegagalan berarti karya saya belum memenuhi harapan banyak orang.
Bagi saya, kesuksesan dan kegagalan tidak boleh mengendalikan. Justru menjadikannya sebagai sarana perbaikan itu yang lebih penting. Mengembalikannya kepada diri sendiri sebagai instropeksi rasanya lebih nyaman ketimbang harus mencari penyebab di luar diri kita.
Sangat mungkin bagi setiap orang untuk mencapai apa yang mereka inginkan. Akan tetapi, sangat mungkin pula bagi setiap orang  tidak mendapatkan apa yang mereka harapkan. Disinilah dibutuhkan kebesaran hati untuk menerima apapun yang kita dapatkan,. Selama kita sudah mengerahkan semua kemampuan yang diawali dengan pemikiran “Aku Bisa!”

(dari berbagai sumber)
Posting by : Poloria Sitorus
Minggu, 13 Nov 2011/22.28Wib

Sabtu, 20 Agustus 2011

CIUMAN PERTAMA UNTUK TUHAN


CIUMAN PERTAMA

UNTUK TUHAN
(Ahmadun Y.H)

Merendehkan diri di bawah telapak kaki

Dalam tahajud paling putih dan sunyi, akhirnya

Sampai juga aku mencium Tuhan. Mungkin kaki atau telapak

Tangannya – tapi aku lebih ingin mengecup dahinya

Duhai, hangatnya sampai ke ulu jiwa.


Inilah ciuman pertamaku, setelah berabad-abad
Gagal meraihnya dengan beribu rakaat dan dahaga
Tiada kecerdasan kata-kata yang bisa menjangkaunya
Tak juga doa dalam tipu daya air mata -- Duhai Kekasih,
Raihlah jiwaku dalam hangatnya Cinta

Bertahun-tahun aku merindu, bagai Rabiah
Tiada lain kecuali merindu Engkau. Duhai Kekasih,
Tenggelamkan kini aku ke dalam cahayamu
Jakarta, Agustus 2003